Tuesday, December 9, 2014

Maukah Anda Dido'akan Jutaan Orang di Seluruh Dunia?


Nasihat ini pernah disebutkan oleh almarhum Syekh Moulana Ghulam Habib Sahib. Karena Sheikh Moulana Ghulam adalah orang yang shaleh ketika masih hidup, maka banyak orang yang minta dido'akan olehnya. Sheikh Moulana Ghulam sering berkata kepada mereka:


“Apakah kau hanya ingin aku berdo’a untukmu atau kau mau seluruh orang shaleh di dunia mendoakanmu? Tentunya kau mau semua orang shaleh di dunia mendoakanmu bukan? Maka dari itu, jadilah orang yang shaleh dan kau akan mendapat bagian dari do’a seluruh orang shaleh di dunia."

Karena kapanpun seorang muslim melakukan shalat, maka dalam shalatnya dia akan mengucapkan:

“Assalammu ‘alaina wa ‘ala ibadillahis salihin."
yang artinya : "Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kami dan untuk seluruh hamba Allah yang shaleh."

Artinya, jika kita adalah orang yang shaleh, maka kita juga ikut mendapat bagian dari do’a itu. Bayangkanlah, ada berapa ratus juta orang di seluruh dunia yang shalat dan membaca do’a ini? Bahkan Rasulullah SAW juga membacanya di hadapan Allah di surga. Maka dari itu, jadilah orang yang saleh, taatlah kepada Allah dan jauhi larangan-Nya. Semoga kita juga akan mendapatkan bagian di dalam do'a itu.

Monday, December 8, 2014

Menjadi Manusia yang Bermanfaat




Diriwayatkan dari Jabir berkata,"Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim.

Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.

Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruknya manusia yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.

Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang seperti ini disebut orang yang terbaik diantara kita, dermawan, ikhlas, tanpa pamrih, dan tidak punya vested interes.

Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah Saw menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan.

Pertama, karena ia dicintai Allah Swt. Rasulullah saw pernah bersabda, Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?

Kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan sesuatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan.

Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.

Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya.

Rasulullah berkata, "Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada i'tikaf sebulan di masjidku ini." (Thabrani)

Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.

Cara Menjadi Manusia Yang Bermanfaat Untuk Orang lain adalah sbb:
1. Tingkatkan derajat keimanan kepada Allah swt.
2. Tanamkan dalam diri kita, bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah telah diberikan kepada orang lain.
3. Kita harus mengikis habis sifat egois dan sifat serakah pada diri kita.
4. Hargai dan hormatilah orang lain, niscaya akan mendapatkan manfaat dari perbuatan yang kita lakukan.
5. Untuk menjadi manusia yang bermanfaat, tentulah kita harus memiliki sesuatu yang dapat diberikan, baik itu ilmu, harta, dan lain sebagainya.

Sekian...
Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

Sunday, December 7, 2014

Ajal Tidak Menunggu Taubatmu

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Salawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga hari kiamat.


Wahai sahabatku yang selalu di rahmati oleh Allah SWT


Alhamdulillah....    ALLAH SWT masih memanjangkan usia kita, meminjamkan nyawa dan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk memohon ampunan dari-NYA dan menegakkan Islam, supaya kita bisa mendapatkan ridha-NYA.

Ibnu Umar berkata: “Aku bersama Rasulullah, lalu seorang lelaki Ansar datang kepada Baginda mengucapkan salam lalu bertanya : Wahai Rasulullah. Manakah antara kaum mukminin yang paling utama? Baginda menjawab : Yang paling baik akhlaknya antara mereka. Dia bertanya lagi : Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?"

Baginda menjawab : "Yang paling banyak mengingati kematian antara mereka dan paling bagus persiapannya selepas kematian. Mereka itu orang cerdik,”
(Hadis Riwayat Imam Ibnu Majah)

Senantiasa mengingati mati bukanlah mengabaikan setiap perkara di dunia tetapi senantiasa mengingati mati ialah menghindarkan diri dari tertipu dengan kenikmatan dunia yang serba sementara.

"Genggamlah dunia jangan biarkan dunia menggenggam diri mu. Kawallah nafsumu dan jangan biarkan nafsu mengawalmu."

Senantiasa mengingati mati dan sentiasa bersedia menghadapi mati bermaksud senantiasa membuat persiapan untuk ke alam kubur dan alam akhirat. Di akhirat kelak kita akan ditanya apakah yang telah kita lakukan di dunia. Bukankah kita diturunkan ke dunia untuk menjadi khalifah dan untuk memakmurkan bumi ALLAH SWT?

Katakanlah (wahai Muhammad): “Sebenarnya maut yang kamu larikan diri daripadanya itu, tetap menemui kamu; kemudian kamu akan dikembalikan kepada ALLAH yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, lalu DIA memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah lakukan (serta membalasnya).” (QS. Al-Jumu’ah : 8)

Dan perlu diingat, memakmurkan bumi ALLAH SWT bukanlah bermaksud hidup di dunia dengan bersenang-lenang semata-mata tetapi bermaksud berusaha bersungguh-sungguh mengamalkan suruhan ALLAH SWT dan Rasul-NYA. Matlamat hidup manusia di dunia yang sebenarnya adalah mencari dan untuk mendapatkan ridha ALLAH SWT, bukan untuk mencari kesenangan dunia yang semetara. Mencari ridha ALLAH SWT dengan mengamalkan ajaran agama dan menyebarkannya.

Sungguh berbahagia orang yang sentiasa mengingati segala dosa yang telah dilakukan oleh dirinya sendiri demi sebuah perubahan diri menuju taubat nasuha.
Tetapi alangkah ngerinya apabila kita selalu menunda amal perbuatan baik dan taubat kerana merasakan usia masih muda dan merasakan akan hidup lama di dunia ini padahal maut akan menjemput disaat kapanpun

Firman ALLAH SWT : "Siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim" 
(QS. Al-Hujurat : 11)
"Orang yang bertaubat itu kekasih ALLAH, orang yang bertaubat daripada dosa adalah seperti orang yang tidak mempunyai dosa." (HR Ibnu Majah & Ibnu Mas'ud)

Orang yang cerdik adalah orang yang sentiasa mengingati mati dan sentiasa bersedia menghadapinya. Subhanallah Wal Hamdulillah Wallahu Akbar....


Saturday, December 6, 2014

Ukhuwah yang Tulus Penyebab Kemenangan


Diriwayatkan bahwasannya ada sekelompok pasukan kaum muslimin yang terkepung di antara musuh dan sebuah sungai. Lalu, sang panglima pasukan memerintahkan kepada pasukan kaum muslimin untuk terjun menyeberangi sungai itu. Mereka pun menyambut baik perintah tersebut dan langsung terjun menyeberangi sungai itu, sementara pasukan musuh hanya menyaksikan mereka dari kejauhan. Di tengah-tengah sungai sebuah tempat air milik salah seorang pasukan terlepas dari pegangannya. Orang itu lalu berteriak: "Tempat airku, tempat airku!" Lalu, orang yang ada di sebelah kanannya pun berteriak: "Tempat airku, tempat airku!" Hingga akhirnya semua anggota pasukan itu meneriakkan kata yang sama: "Tempat airku, tempat airku!" Setelah itu mereka semua menyelam ke dalam air sungai untuk mencari tempat air saudara mereka. Apa yang mereka lakukan ini disaksikan oleh para musuh, sehingga Allah membuat mereka gentar (karena rasa persaudaraan pasukan kaum muslimin yang sangat kuat). Pasukan musuh berkata: "Jika mereka rela melakukan hal seperti itu hanya karena sebuah tempat air milik salah seorang dari mereka yang terjatuh, maka apalagi jika kita membunuh salah seorang dari mereka." Itulah yang menyebabkan pasukan kaum muslimin memperoleh kemenangan.



Tidaklah berlebihan jika saya mengatakan bahwa lemahnya rasa persaudaraan (ukhuwah) adalah faktor utama yang menghambat kaum muslimin untuk meraih kemenangan. Kita mungkin memang menangis dan turut berduka atas apa yang menimpa saudara-saudara kita di negeri Palestina, Irak, dan Sudan. Kita juga tidak memungkiri ketulusan perasaan yang kita rasakan pada saat itu. Akan tetapi, apakah perasaan yang kita rasakan itu sebanding dengan perasaan kaum muslimin saat mendengar permohonan pertolongan seorang wanita yang merupakan saudara seiman mereka yang berada di perbatasan negeri Romawi? Saat itu seluruh kaum muslimin berlomba-lomba untuk bersegera memberikan pertolongan kepada wanita itu dan tidak seorang pun dari mereka menunda-nunda memberi pertolongan, dan peristiwa inilah yang mengawali runtuhnya Imperium Romawi.



Apakah perasaan yang kita rasakan seimbang dengan perasaan para tabi'in yang rela lebih mendahulukan sikap membantu menyelesaikan utang saudaranya seiman sebelum dia melunasi utang dirinya sendiri? Apakah perasaan kita sama dengan seseorang yang ditinggal wafat oleh saudaranya, kemudian dia memperlakukan anak-anak saudaranya itu dengan sangat baik hingga membuat anak-anak itu hanya merasa kehilangan wajah (fisik) ayahnya saja, karena figur ayahnya telah tergantikan? Selanjutnya, apakah rasa cinta kita kepada saudara kita seiman sama dengan kecintaan seorang hamba kepada saudaranya yang setiap malam dia selalu mendo'akan saudaranya itu lebih dari tiga ratus kali?

Mari kita sama-sama berusaha menjadi seperti mereka yang turut merasakan betapa orang yang kehilangan tempat airnya sangat membutuhkan tempat air tersebut. Mereka sama sekali tidak menganggap bodoh permintaan saudaranya itu. Bahkan mereka semua bersatu-padu untuk mewujudkan permintaan saudara mereka, meski hanya demi barang yang mungkin sepele. Namun, itulah yang menyebabkan mereka memperoleh kemenangan. Oleh karena itu, Imam Hasan Al-Bana berkata: "Kekuatan yang paling utama adalah adanya persatuan, sedangkan persatuan tidak akan terwujud tanpa adanya perasaan cinta."

Dikutip dari buku "Andai Kau Tahu Betapa Aku Mencintaimu" karya Muna Shalah dengan sedikit perubahan.....

Friday, December 5, 2014

Kisah Rasulullah SAW dengan Pengemis Yahudi Buta


Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya ia
selalu berkata :
"Wahai saudariku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya." Setiap pagi Rasulullah SAW selalu mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah katapun. Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang beliau wafat. Setelah Rasulullah wafat, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada Yahudi buta itu..

Suatu hari Abu Bakar r.a. berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "Wahai anakku, adakah kebiasaan Rasulullah SAW yang belum pernah aku kerjakan?" Aisyah r.ha. menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah, engkau adalah ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja." "Apakah itu?" tanya Abu Bakar r.a. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu membawa makanan untuk seorang pengemis buta Yahudi di suatu sudut di pasar Madinah dan menyuapkan makanan kepada pengemis itu." kata Aisyah r.ha.

Keesokan harinya Abu Bakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a. mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "Siapakah kamu?" Abu Bakar r.a. menjawab, "Aku orang yang biasa mendatangimu." "Bukan!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku." jawab si pengemis buta itu. "Orang yang biasa mendatangiku selalu bersikap lemah lembut dan sopan. Ia selalu meyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut kemudian barulah ia menyuapkan ke mulutku." pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW." Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a. Ia pun menangis dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.." Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a.

Setelah peristiwa itu, pengemis Yahudi buta itu telah memeluk Islam.

Kepribadian Rasulullah SAW telah memikat jiwa pengemis itu untuk mengakui ke-Esaan Allah....


Berikut ini adalah cuplikan video tentang Kisah Rasulullah SAW dengan Pengemis Yahudi Buta....


Wednesday, November 19, 2014

Umat Nabi Muhammad saw. Semua Masuk Surga


Seluruh umat Nabi Muhammad saw. masuk surga tanpa terkecuali. Namun, mereka masuk tidak secara bersamaan, tergantung kadar keimana dan amaliahnya masing-masing. Ada yang langsung masuk surga tanpa melalui proses hisab, ada pula yang masuk surga tetapi belakangan. Bahkan, ada yang masuk surga setelah terlebih dahulu berada dalam neraka.

Yang terakhir ini adalah orang mukmin yang ahli maksiat. Mereka tetap masuk surga, tetapi dibersihkan dulu noda dan dosa-dosanya di dalam neraka. Lama dan tidaknya seseorang berada di dalam neraka tergantung dari kesalahan dan dosa yang dilakukannya. Jika ia dalam hidupnya hanya sekali mengucapkan kalimat syahadat, lalu melakukan kemaksiatan secara terus-menerus sampai mati, tanpa pernah melakukan perintah Allah, barangkali ia termasuk orang yang paling akhir masuk surga. Ia mungkin juga yang paling akhir keluar dari neraka. Wallahu a'lam.




Mengenai kepastian umat Nabi Muhammad saw. masuk surga telah dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya,
"Seluruh umatku masuk surga, kecuali orang yang membangkang. Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia telah membangkang."

Ibnu Umar r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Tidak ada umat selain sebagian masuk neraka dan sebagian lagi masuk surga, kecuali umatku seluruhnya masuk surga."

Dari sekian banyak umat Nabi Muhammad saw., ada golongan tertentu yang jumlahnya terbatas yang memiliki keistimewaan dan keutamaan, sehingga mereka masuk surga tanpa dihisab. Mereka ini masuk surga dengan saling berpegangan tangan.


Ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sahal bin Sa'ad bahwa Rasulullah saw. telah bersabda,
"Ada 70 ribu atau 700 ribu orang dari umatku pasti masuk surga. Barisan pertama tidak masuk sebelum barisan terakhir (ikut) masuk. Wajah mereka pun seperti bulan di malam purnama."

Dari sumber lain, Nabi Muhammad saw. bersabda,

"Pasti masuk surga 70 ribu atau 700 ribu orang dari umatku . Mereka saling berpegang tangan, sehingga yang pertama tidak masuk sebelum orang yang terakhir dari mereka (ikut) masuk. Wajah mereka pun seperti bulan purnama."

Rasulullah saw. juga bersabda,

"Pasti masuk surga 70 ribu dari umatku tanpa dihisab dan diazab. Setiap seribunya disertai 70 ribu orang."

Demikian di antara kelebihan menjadi umat Nabi Muhammad saw. yang akan masuk surga seluruhnya. Meskipun ada jaminan masuk surga, kita hendaknya selalu berusaha untuk menjadi golongan yang pertama dalam memasukinya. Jangan sampai kita masuk surga setelah terperosok terlebih dahulu ke dalam neraka.


Mudah- mudahan Allah senantiasa melindungi kita dari azab-Nya, Amin...

Wallahu a'lam bi shawaf...

Dikutip dari buku "Indahnya Taman Surga" karya Fuad Kauma...


Tuesday, November 18, 2014

Apakah Lampuku dapat Menerangi Hatimu?


Kisah ini menceritakan tentang seorang tabi'in yang mempunyai kebiasaan yang dapat dijadikan teladan untuk kita semua. Silahkan baca dan Semoga bermanfaat....

Abu Jandul adalah seorang penduduk desa yang baik dan terkenal. Dia memiliki secarik kertas yang di dalamnya tertulis daftar tiga ratus orang nama sahabat-sahabatnya yang selalu dia do'akan setiap malam. Pada suatu malam dia tertidur dan tidak mendo'akan mereka. Lalu, di dalam mimpinya ada salah seorang sahabatnya yang bertanya: "Wahai Abu Jandul, mengapa engkau tidak menyalakan lampu-lampumu malam ini?" Abu Jandul pun bangun dari tidurnya. Dia langsung meraih kertas itu dan mendo'akan satu per satu dari sahabat-sahabatnya hingga selesai.

Nah, Siapa di antara kita yang dapat melakukan kebiasaan seperti yang dilakukan oleh Abu Jandul?

Sungguh kita sangat membutuhkan lampu-lampu penerang yang dapat menerangi hati kita semua sebelum hati itu dilatih (dididik). Do'a adalah sarana yang paling cepat untuk menyampaikan rasa cinta. Aku tidak pernah melupakan saudariku yang selalu mengatakan: "Aku sampaikan salamku untukmu kepada Allah."

Watak materialistis yang telah menguasai dunia ini harus dihapuskan dengan lampu-lampu penerang dan dengan pandangan kasih sayang.

Rasulullah bersabda:
"Siapa saja yang memandang saudaranya dengan pandangan kasih sayang, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya." (HR. Hakim dan Tirmidzi dalam Kitab Nawaadirul Ushul)


Nah sahabat, Mengapa kalian tidak menuliskan nama saudari-saudari kalian dalam sebuah kertas, kemudian mendo'akannya usai shalat lima waktu yang kalian lakukan, sehingga hari-hari kalian tidak berlalu begitu saja dan kalian dapat mendo'akan mereka semua. Ingatlah, bahwasanya para malaikat akan menjawab do'a kalian dan mengatakan: "Semoga engkau juga memperoleh hal yang sama."






Wahai saudariku, janganlah engkau meremehkan ibadah seperti ini. Setan tidak dapat merusak ibadahmu yang satu ini. Janganlah kesibukkanmu membuat berat untuk melakukannya. Lihatlah berikut ini ada seorang tabi'in yang selalu mendo'akan tiga ratus sahabatnya hingga memakan waktu hampir satu jam atau lebih untuk melakukan ibadah seperti ini, untuk mendo'akan sahabat. 

Tidak ada yang membuat seseorang mau melakukan perbuatan ini, selain karena rasa cintanya kepada sahabat-sahabatnya itu, dan karena dia telah mengetahui bahwa ada ganjaran pahala yang sangat banyak yang telah disiapkan untuknya.

Perbuatan itu telah membuat hidupnya senang di dunia, dan kelak do'a-do'a yang dia panjatkan untuk orang lain akan menjadi lampu penerang yang akan menerangi dirinya.

Lantas, apakah lampu-lampu Anda sudah terang???



Dikutip dari buku "Andai Kau Tahu Betapa aku Mencintaimu" karya Muna Shalah dengan sedikit prubahan

Template by:

Free Blog Templates